Ehm.
Gw dapet inspirasi soal tulisan ini waktu nonton acara Warna, edisi tentang fans-fans gitu deh. Oh iya, gw tumben-tumbenan nonton tv karena telepon gw rusak selama beberapa hari jadi gw ngga bisa main internet.
Cinta platonis adalah perasaan antara seorang fans dengan idolanya, mungkin bisa dibilang rasa kagum ato rasa suka. Di sini gue kurang setuju dengan pandangan yang menyamaratakan antara suka dan cinta. Menurut gw, suka dan cinta itu beda. Rasa suka itu lebih dangkal kadarnya daripada rasa cinta. Ya, dalam bahasa Jepang aja beda antara "Suki da yo~" sama "Koishiteru".
Perasaan antara fans dan idolanya emang sulit dijelaskan. Dibilang cinta tapi situasinya beda, antara kagum dan suka itu tipis batasnya. Juga diperlukan sedikit imajinasi yang semakin membuat para fans mikir kalo idola mereka itu adalah cinta mereka sendiri. Tapi rada takut nggak sih kalo misalnya kenyataannya beda sama apa yang mereka imajinasikan? Yah, intinya, jadi orang yang realistis juga meski sebagai seorang fans hal itu susah banget buat diwujudkan. Soalnya, mereka udah membangun tali penghubung tersendiri antara mereka dengan idola mereka. Maksudnya, pastilah setiap fans seorang penyanyi selalu dengerin tiap lagu mereka dalam kondisi dan situasi apapun, ikut cemas kalo idolanya sakit ato dapet musibah, ikut ngedoain idolanya, ikut seneng kalo idolanya seneng (bahkan ngerasa satu hari itu jadi lebih berwarna), dan bahkan sampe pola pikir atau kebiasaan mereka juga disamakan dengan idolanya. Untuk hal yang terakhir, sebaiknya sih yang positif.
Tapi yah, namanya juga fans. Mungkin ada beberapa idola yang bener-bener perhatian sama fansnya, tapi ada juga idola yang di depannya baik tapi di belakangnya malah beda. Sejak gw ikut sebuah pelatihan jurnalistik (yang waktu itu gw tugasnya ngewawancarin artis sinetron yang bahkan gw sendiri ngga tahu), anggapan gw tentang dunia keartisan jadi sedikit berubah. Percaya deh, nggak semua yang lo liat di infotainmen itu bener. Banyak banget alasan kenapa si idola harus baik sama fansnya, mungkin emang dia percaya kalo fansnya itu adalah pendukung utama dan bisa juga untuk imej mereka supaya nggak rusak. Karir di dunia hiburan menurut gw cukup beresiko. Salah langkah dikit, maka popularitasnya turun. Apalagi kalo di negara ini ya, kadang-kadang orang suka main judge suatu hal tanpa mau bertanya lebih jauh dengan kepala dingin.
Intinya adalaaah... lo boleh ngefans sama idola lo. Serius deh. Ngefans ya ngefans aja, siapa sih yang ngelarang. Mengenai masalah lo menganggap rasa kagum lo itu cinta apa bukan yang terserah lo juga. Terus, tentang lo mau ikutin segala hal tentang idola lo atau ngga ya juga terserah lo. Lo bebas ngelakuin apa yang lo mau asal tetep bertanggung jawab dengan diri lo sendiri.
Why Pathetic Platonic?
I like someone, he's far away from me. I don't know whether someday I can meet him or not. But for me, this feeling is can't be replaced. Like the other fangirls, I want him to held a concert in my country, I want him to meet me privately, I want him to play his instrument just for me, and I want him to be mine. But, this isn't fairytale. If I want to meet him, I have to buy his ticket concert or join his fansclub. I don't have that much money and there's something I have to do in my life. Sometimes, we need courage to choose between fate and imagination.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar